Agam----Sebatang pohon kayu medang (Litsea Sp) tumbuh terjaga di kawasan hutan rakyat di Jorong Ambacang, Nagari Koto Malintang, Kecamatan Tanjungraya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, semenjak 570 tahun silam.
Pohon itu tumbuh di hutan sekitar Danau Maninjau. Pohon yang berjarak sekitar lima kilometer sebelah utara danau itu merupakan salah satu penyumbang sumber air bagi masyarakat dan danau vulkanik itu.
Lokasi pohon itu berjarak sekitar 700 meter dari lokasi terakhir kendaraan parkir atau sekitar 15 menit perjalanan, dengan kondisi jalan tidak begitu sulit untuk dilalui.
Pohon besar yang memiliki 516 meter kubik kayu tersebut memiliki diameter 4, 6 meter, lingkaran 14 meter, tinggi bebas cabang 34 meter dan tinggi lebih dari 50 meter.
Perhitungan itu didapat berdasarkan rumus kubikasi kayu yang di lakukan Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Maninjau dengan memakai diameter dan tinggi bebas cabang.
Menurut Kepala Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Maninjau Ade Putra pohon kayu ini merupakan yang terbesar di Indonesia, bahkan di dunia karena kayu tane mahota di Selandia Baru ukurannya hanya 4, 4 meter.
Pohon kayu Queets Spruce di Olympic National Park, Amerika Serikat sebagaimana dilansir Outdoor Project, tanaman ini memiliki volume batang mencapai 337 meter kubik.
Sedangkan pohon kayu red creek fir di San Juan Valley, Vancouver Island, British Columbia, Kanada memiliki volume batang 349 meter kubik, Pohon kayu two towers di Tasmania, Australia. dengan volume batang 358 meter kubik.
Pohon kayu itu tumbuh di hutan rakyat dan terjaga dengan baik oleh masyarakat sebagai bentuk kearifan lokal dari masyarakat setempat, sehingga pohon kayu itu terjaga dengan baik sampai besar.
"Kalau di hutan lindung ditemukan pohon kayu besar itu hal biasa, namun tumbuh di hutan rakyat merupakan hal yang luar biasa, " kata Ade Putra dikutip dari Antara.(***)